TANTANGAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) DAN JIHAD SANTRI DALAM MENGHADAPINYA

Spread the love

A. Tantangan di Tengah Arus Perkembangan AI

Artificial Intelligence (AI) adalah suatu sistem komputasi yang mampu menjalankan kecerdasan manusia secara khusus. AI terus berkembang dan menjangkau berbagai sektor. Open AI (laboratorium riset Artificial Intelligence/AI di Amerika) pada bulan November 2022 lalu, telah merilis aplikasi chatbot yang dinamakan ChatGPT dengan menggunakan teknologi GPT 4. Setelah ChatGPT bermunculan platform-platform yang berbasis AI seperti Adobe Podcast, Jasper AI, Super human, Tome AI, Brand24, NationAI, Craftly, Tidio, Pictory, Brandwatch, Chitchop, Flick, logoAI, ValidatorAI, AdCreatives, GammaAI, dan masih banyak lagi.

Fitur-fitur AI memang sangat membantu kehidupan manusia sehari-hari diberbagai bidang. Akan tetapi disisi lain AI juga menjadi sebuah celah dan peluang bagi berbagai macam tindak kejahatan. Beberapa waktu lalu, viral video Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan bahasa Mandarin dengan benar dan fasih. Video tersebut disertai narasi “Jokowi berbahasa Mandarin”. Pada Kamis (26/10), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan secara resmi bahwa video itu merupakan hasil suntingan menyesatkan yang dimanipulasi menggunakan teknologi berbasis AI yakni deepfake (Salsabila, 2023). Deepfake adalah teknologi yang dapat memanipulasi foto, video, atau gambar wajah, menggunakan teknologi yang berbasis AI, menyatukan kemiripan seseorang ke wajah milik orang lain. Kejahatan deepfake juga dialami oleh seorang gamers populer Twitch, QTCinderella, yang mengungkapkan kemarahannya saat mengetahui dirinya menjadi sasaran predator yang memasukkan wajahnya ke dalam video dewasa di situs-situs porno (Ariyani, 2023). Belakangan poster ala Disney Pixar yang dibuat menggunakan website AI tengah viral di sosial media. Banyak warganet yang mengubah foto miliknya menjadi poster ala-ala Disney Pixar. Namun ada fakta menyedihkan di balik viralnya poster lucu nan menggemaskan yang ramai melintas di beranda TikTok maupun Instagram tersebut. Ternyata Walt Disney diklaim telah mendukung Israel. Sebab, mereka memberikan dana hingga 2 juta USD kepada tentara Israel (Nimatur, 2023). Israel sendiri juga berhasil mengembangakan teknologi AI diantaranya fire factory yang merupakan program untuk memilih target serangan udara dan mengelola logistik militernya. Israel juga berhasil membuat mobil Jeep Robot yang digunakan untuk mengawasi perbatasan jalur gaza.

Artificial Intelligence muncul bagaikan pedang. Butuh penguasaan dalam menggunakannya. Jangan sampai pedang tersebut melukai penggunanya. Adapun setelah menguasainya dan mahir dalam penggunaannya, maka harus bijak dalam memanfaaatkannya. AI dengan kecanggihan fitur-fiturnya jika dimanfaatkan dengan baik akan banyak kemaslahatan yang diperoleh. Namun apabila dikuasai oleh tangan yang salah, maka tidak dipungkiri kejahatan dan kemaksiatan akan lebih mudah dengan menggunakan AI.

B. Jihad Santri dalam Gempuran Perkembangan AI

Sebagai santri kita wajib merespon hadirnya teknologi AI tersebut. Resolusi jihad yang difatwakan KH. Hasyim Asy’ari masih tetap berlaku di era modern sekarang. Jihad santri sekarang salah satunya adalah kebijaksanaan dalam menggunakan teknologi yang sedang berkembang, tidak seperti jihad pejuang kemerdekan Indonesia dulu ataupun jihad perjuangan saudara-saudara kita di Palestina saat ini yang semoga Allah SWT memberikan rahmat kemenangan kepada mereka semua. Berikut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan santri dalam menggunakan teknologi AI:

a. Menguasai teknologi AI

Telah disebutkan sebelumnya bahwa zionis Israel dalam menjajah dan membumi hanguskan negeri saudara kita Palestina salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi AI. Darah kita seakan-akan mendidih melihat saudara-saudara kita terdzolimi disana. Sebagai langkah awal jihad kita sebagai santri yakni adalah dengan menguasai dan memahami AI. Jangan sampai kita tertinggal oleh negara-negara barat, zionis, ataupun komunis dalam hal teknologi. Teknologi adalah salah satu keilmuan yang harus kita pelajari di era modern ini. Untuk mrncapai cita-cita leluhur bangsa kita diperlukan penguasaan terhadap teknologi menjadi salah satu kuncinya. Dalam Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11 Allah SWT berfirman:

….يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”

Berdasarkan interpretasi menurut Muhammad Mustofa Al-Maraghi (Tafsir Al-Maraghi), Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, khususnya orang-orang yang berilmu diantara mereka, derajat-derajat yang banyak dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan(Al Maraghi, 1993). Tujuan ilmu adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia. Termasuk pengetahuan tentang teknologi AI yang dicipatakan untuk membantu memenuhi kebutuhan manusia.

b. Menggunakan AI untuk kemaslahatan

Artificial Intelligence dapat diibaratkan sebagai pisau atau pedang bermata dua di era modern kini. Kemaslahatan atau kemudhorotan yang didapat tergantung dari penggunanya. Allah SWT memerintahkan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk menggunakan teknologi demi kebaikan. Sebagaimana dalam firman-Nya Al-Qur’an Surah Saba’ Ayat 11.

أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ ۖ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“(yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan”.

Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan, “Kami mewahyukan kepadanya untuk membuat baju besi yang bakal menjadi pelindung dari keganasan musuh dan memperkuat ikatannya dengan rantai (Shihab, 2012). Baju besi adalah teknologi yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Dawud AS dimasanya. Sedangkan di era modern Allah SWT mengajarkan kepada manusia dengan menganugerahi keilmuan kepada para ahli-ahli, peneliti dengan sifat Rahman-Nya yang ditujukan kepada seluruh makhluk-Nya. Termasuk diantaranya pengetahuan tentang AI. Dalam ayat tersebut Allah SWT dengan bentuk lafaz fi’il amar memerintahkan untuk واعْمَلُوا صَالِحًا (“Kerjakanlah amalan yang saleh”). Dengan maksud yang jelas, Allah SWT memerintahkan agar menggunakan teknologi baju besi termasuk sekarang teknologi AI untuk kebaikan atau kemaslahatan. Kebaikan disini adalah hal-hal yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadis, sesuai nilai-nilai ajaran Islam.

c. Tidak melampaui batas dalam menggunakannya

Sebagai muslim kita dilarang untuk berbuat yang melampaui batas. Allah SWT mencela dan tidak menyukai terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan. seperti yang disampaikan dalam Al Qur’an Surah Al A’raf Ayat 31 yang artinya:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“… makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”

Dalam ayat tersebut Allah SWT lebih spesifik melarang untuk berlebih-lebihan dalam berhias dan dalam hal makan minum. Berdasarkan penafsiran Al-Maraghi dan Quraish Shihab, iysraf disini adalah meliputi hal apapun tentunya termasuk dalam penggunaan teknologi AI yang berlebihan. Penggunaan yang di luar batas kewajaran sehingga melanggar nilai-nilai syari’at Islam (Shihab, 2012). Contohnya seperti yang dilakukan seorang aktor dan binaragawan asal Kazakstan Yuri Tolochko yang menikahi robot wanita sebagai pasangannya (Andreas, 2020).

d. Memfilter Informasi atau Pengetahuan yang Diperoleh dari AI

Dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat ayat 6 dijelaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Fasik dalam penafsiran ini bisa dikorelasikan dengan penggunaan teknologi AI secara melampaui batas. Sebab peluang pengguna AI adalah seluruh manusia di dunia, non muslim maupun muslim termasuk orang-orang yang fasik. Jadi apabila ayat ini diimplementasikan di zaman sekarang, maka AI bisa dikategorikan termasuk fasik yang dimaksud karena menjadi fasilitator bagi orang-orang fasik.

Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kita sebagai orang mukmin untuk ber-tabayyun (mencari kevalidan data). Al-Qur’an melarang kita menelan mentah-mentah terhadap setiap kabar yang sampai. Hal ini bertujuan agar kita tidak mengalami penyesalan akibat kesalahan perbuatan yang disebabkan oleh kesalahan persepsi diri kita sendiri. Tidak dibenarkan jika umat Islam terutama yang masih awam menjadikan AI sebagai pedoman dalam beragama. Menurut Munas NU tahun 2023 tentang AI, bahwasannya mengembangkan teknologi Artificial Intelligence hukumnya adalah fardhu kifayah, sedangkan menjadikan jawaban AI sebagai pedoman adalah haram kecuali jika memenuhi dua syarat. Pertama, data yang telah diinput merupakan data yang benar yang berasal dari pakar agama otoritatif. Kedua, Sistem AI harus terjamin keamanannya dari kesalahan. Haramnya berpedoman pada jawaban AI memiliki beberapa alasan diantaranya bias, kebenaran tidak terjamin, masih diproduksi oleh perusahaan non-muslim, dan lain-lain (NU Online, 2023).

C. Kesimpulan

Teknologi AI terus mengalami perkembangan diberbagai sektor. Fitur-fitur AI memang sangat membantu kehidupan manusia sehari-hari. Akan tetapi disisi lain AI juga menjadi sebuah celah dan peluang bagi berbagai macam tindak kejahatan. Sebagai santri kita wajib merespon hadirnya teknologi AI tersebut. Resolusi jihad yang difatwakan KH. Hasyim Asy’ari masih tetap berlaku di era modern sekarang. Jihad santri sekarang salah satunya adalah kebijaksanaan dalam menggunakan teknologi yang sedang berkembang termasuk AI. Adapun jihad sebagai sentri menjawab perkembangan AI yang sangat pesat dekade terakhir ini adalah sebagai berikut:

1. Menguasai teknologi AI

2. Menggunakan AI untuk kemaslahatan

3. Tidak melampaui batas dalam mengguganakan AI.

4. Memfilter iformasi atau pengetahuan yang diperoleh melalui AI.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, A. (1993). Terjemah Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar. Beirut: Darul Kutub.

Shihab, P. Q. (2012). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.

Sholeh. (2016). Pendidikan dalam Al-Qur’an (Konsep Ta’lim Al Mujadillah 11). Jurnal Al-Thariqoh, 30.

Setiawan, A., & Luthfiyani, U. (2023). Penggunaan ChatGPT untuk Pendidikan di Era Education 4.0. Jurnal PETISI Vol 4, No 1, 8.

Walters, R., & Coghlan, M. (2019). Data Protection and Artificial Intelligence Law: Europe Australia Singapore. American: American Journal of Science.

Widjaja, A. (2022). Kajian Akademis dan Praktek Artifial Intelligence. Jakarta: KPG/Kepustakaan Populer Gramedia.

Budhi, D. K. (2022). Artificisl Intelligence: Konsep, Potensi Masalah, Hingga Pertanggungjawaban Pidana. Depok: RAJAGRAFINDO PERSADA.

Larrson, S. (2020). On The Governance of Artificial Intelligence through Ethics Guidelines. Asian Journal of Law and Society, 7(3).

Ariyani, I. (2023, Feb 10). Bagaimana QTCinderella Perang Lawan Pornografi Teknolohi AI Deepfake. Diambil kembali dari Konde.co: https://www.konde.co/2023/02/kisah-qtcinderella-dan-perang-melawan-pornografi-teknologi-ai-deepfake.html/

Salsabila, R. (2023, Nov 1). Hoax Jokowi Berbahasa Mandarin dan Ancaman Deepfake AI. Diambil kembali dari Alenia.id: https://www.alinea.id/gaya-hidup/hoaks-jokowi-berbahasa-mandarin-dan-ancaman-deepfake-ai-b2iay9Pen

Syakir, M. (2023, Sep 19). Bertanya ke AI Boleh, Tetapi haram dijadikan Pedoman dan Diamalkan. Diambil kembali dari NU Online: https://nu.or.id/nasional/munas-nu-2023-bertanya-ke-ai-boleh-tapi-haram-dijadikan-pedoman-untuk-diamalkan-HvEJ3

 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top