Kajian ayat-ayat al-Qur’an Terkait Isu-Isu Lingkungan Hidup

Spread the love

Menurut survei dari Statista.com, Indonesia menempati peringkat pertama negara yang masyarakatnya paling percaya Tuhan. Disamping itu, Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak, yaitu sekitar 86,7% beragama Islam. Akan tetapi, banyak atau bahkan mayoritas penduduk Indonesia tindak mencerminkan sikap Islami sama sekali, salah satunya pada kepedulian terhadap lingkungan. Kita lihat saja misalnya, Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara teburuk di Dunia. Banyak sungai di Indonesia, diantaranya sungai Ciliwung, juga menjadi salah satu sungai paling kotor di dunia. Di daerah sekitar kita, masyarakat masih banyak yang membuang sampah sembarangan, tidak memilah sampah, bahkan membakar sampah sembarangan yang dimana hal tersebut juga sangat merugikan orang lain yang menghirup udara kotor yang dikeluarkan oleh sampah tersebut.

Bukankah dalam Islam kita diajarkan untuk tidak merugikan orang lain dan lingkungan? Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al-Quran untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi? Namun faktanya, Indonesia hanya “religius” di mulut saja, tetapi tidak dalam perilaku. Masih banyak dari masyarakat kita yang menormalisasi membuang sampah sembarangan, padahal mereka tahu apa dampaknya terhadap lingkungan. Sebagaimana dalam firman Allah:

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-A’raf : 56)

Dalam al A’raf ayat 55, dijelaskan tentang larangan melampaui batas. Ayat 56 menjelaskan tentang larangan untuk berbuat kerusakan di bumi. Berbuat kerusakan di bumi adalah salah satu contoh bentuk melampaui batas. Karena itu, ayat ini melanjutkan tuntunan ayat sebelumnya dengan menyatakan “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya…”. Kalimat “membuat kerusakan di muka bumi” bisa memiliki banyak makna namun memiliki hakikat yang sama, yaitu larangan untuk berbuat maksiat. Dalam Tafsir al Mishbah karya M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa, alam raya telah diciptakan Allah SWT dalam keadaan yang harmonis, serasi, dan memenuhi kebutuhan makhluk. Allah telah menjadikannya baik, bahkan memerintahkan hamba-Nya untuk memperbaikinya.

Dari penjelasan tersebut, sudah jelas bahwa perbuatan maksiat merupakan salah satu bentuk berbuat kerusakan di bumi, dan hal tersebut termasuk tindakan yang melampaui batas. Perbuatan maksiat tidak hanya kepada diri sendiri atau orang lain, tapi juga terhadap lingkungan. Akan tetapi, masyarakat muslim di Indonesia banyak sekali yang mengabaikan tentang isu-isu lingkungan ini. Banyak masyarakat muslim di Indonesia yang marah ketika Islam dinistakan, tetapi nyatanya mereka menistakan agama mereka sendiri dengan mengabaikan salah satu nilai penting dalam Islam, yaitu untuk tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Padahal telah nyata dampak dari kerusakan lingkungan akibat ulah masyarakat itu sendiri. Sebagaimana dalam firman Allah:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum : 41)

Ayat tersebut seolah menjadi pengingat bagi kita, bahwa apa yang kita perbuat baik maupun buruk pasti akan kembali kepada kita. Beberapa tahun terakhir merupakan tahun terburuk bagi bumi yang kita tinggali karena suhu bumi yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal itu tentu saja bukan tanpa sebab. Pembakaran sampah sembarangan serta penebangan dan pembakaran hutan menjadi sebab utama kenaikan suhu bumi. Selain masalah kenaikan suhu, terdapat masalah lain seperti penumpukan sampah baik di darat maupun di laut. Semua hal tersebut tentu saja merupakan perbuatan dari masyarakat-masyarakat yang berani saya katakan bodoh dan rendah akhlak.

Maka dari itu, marilah kita menjadi masyarakat cerdas dan berakhlak. Mari kita tanamkan jiwa islami yang mencintai lingkungan ke dalam diri kita. Mulailah dari hal yang kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan. Tindakan yang mudah namun berdampak besar bagi masa depan bumi dan generasi selanjutnya. Ingat! seorang muslim sejati tidak akan berbuat maksiat kepada siapapun, termasuk kepada bumi tempat ia tinggal.

 

 

 

 

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top