Sanad Keilmuan Al Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an dan Urgensinya

Spread the love

Jum’at, 12 Januari 2024 dalam program Dauroh Ulumul Qur’an perdana di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang hadir Gus Abid Muaffan seorang penelitian sanad keilmuan Al Qur’an di Nusantara. Beliau juga merupakan alumni Bayt Qur’an (BQ) yang didirikan oleh Prof. Quraish Sihab.

Dalam materinya Gus Abid menceritakan perjalanannya ketika rihlah ke pulau Bali yakni mencari mutiara yang terpendam Kyai Nur Hadi Al Hafidz santri langsung dari Kyai Muh Arwani Kudus. Beliau mendirikan pesantren Roudhotul Khuffadz yang mana nama tersebut disematkan oleh Kyai Beliau Mbah Kyai Arwani Kudus. Di pesantren tersebut Gus Abid teringat ada tulisan ” Hamilul Qur’an Royatul Islam” , Hamilul Qur’an orang-orang yang menjadikan Islam Lafdzon Wa Ma’nan Wa ‘amalan yang menjadi visi besar dari berdirinya pondok pesantren Hamalatul Qur’an ini. Di situ Gus, Abid merenungi hal yang luar biasa, “Kita ini dari jarak nya, dari masanya, waktunya, dan dari bahasanya yang berbeda tapi Alhamdulillah kita disini di pesantren Hamalatul Qur’an ini kita bisa membaca bersama-sama Al Qur’an dengan baik dan benar, bisa menghafalkan Al Qur’an dengan mutqin, bisa lancar untuk memahami isi kandungan Al Qur an dan belajar untuk bisa mengamalkannya” Jelas Gus Abid dengan ekspresi rasa syukur.

Hal tersebut harus kita syukuri mengapa demikian, karena berkaitan dengan sanad yang ibarat tangga. Ketika kita mau naik diatas sebuah menara atau bangunan yang tinggi tidak mungkin ujug-ujug langsung wet.. di atas, pasti harus melalui tangga atau lift. Bagitu juga ketika turun tidak mungkin ujug-ujug langsung ke bawah pasti ada perantaranya. Sama halnya dengan kita dengan Rasulullah SAW dari sisi jaraknya, masanya, bahasanya berbeda dengan Rasulullah SAW tetapi Alhamdulillah bisa dikenalkan dengan Al Qur’anul Karim.

Kemudian Gus Abid memaparkan bahwa dari sisi waktu kita dengan Rasulullah SAW yakni sekitar 1948 dihitung dari sekarang tahun 1445 H sedang Rasulullah hijrah sekitar umur 53 tahun. Maka 1445 ditambah umur Nabi 53 tahun diperoleh 1948 tahun. Syeikh Ayman Suwaid adalah pemegang sanad Al Qur’an tinggi untuk saat ini dengan jumlah 28 sampai kepada Rasulullah SAW. Secara umum paling nggak kita butuh 30 guru untuk sampai kepada Rasulullah SAW. Dari sisi jarak Mekah Madinah dari Jogoroto kalau dilihat dari GPS sekitar 12.000 kilo meter. Dari sisi bahasa, bahasanya orang jombang beda jauh dengan bahasanya orang Arab. Bahasa orang Arab sendiri juga berbeda-beda sehingga hikmahnya adalah munculnya beragam Qiraat Al Qur’an. Adapun Ulama Nusantara Dahulu yakni si Mbah Kyai Sholeh Darat untuk mengenalkan bahasa Arab di wilayah Nusantara adalah dengan menggunakan Arab Pegon.

Definisi sanad sendiri sebenarnya masuk dalam kajian Ilmu Hadis. Secara bahasa adalah sesuatu yang terangkat atau menjadi tumpuan, sandaran. Secara terminologi adalah rentetan mata rantai matan yang terdiri dari berbagai rowi. Adapun yang disebut dengan sanad Qiraat adalah mata rantai yang terdiri dari berbagai macam Qori’ul Qur’an yang bermuara sampai Rasulullah SAW. Urgensi sanad sendiri dapat dilihat dari sabda Rasul yang artinya kurang lebih “Ilmu ini adalah bagian dari agama, maka perhatikanlah dari sapa kalian mempelajari ilmu agama tersebut” Termasuk dalam hal ini adalah keilmuan tentang Al Qur’an. Seorang tabi’in Abdullah bin mubarok pernah berkata:

الاسناد من الدين ولولا من الاسناد لقال من شاء ما شاء

Sanad ini adalah kita berguru pada guru yang jelas ilmunya, jelas amaliyahnya, jelas akhlaqnya, jelas akidahnya, maka ini adalah bagian kita ingin tasalsul sambung ke Rasulullah SAW.

Salah satu bagian dari ikhtiar untuk mendekomentasikan sejarah Ulama-ulama Al Qur’an yang jasa Beliau-beliau sangat besar adalah mengabadikan nama-nama mereka dalam silsilah sanad Al Qur’an. Si Mbah Kyai Arwani Kudus adalah murid daripada Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari bahkan pernah sempat akan diangkat menantu. Gus Abid mengutarakan bahwa Mbah Kyai Hasyim Asy’ari adalah min Huffadzil Qur’an Makkatil Mukarromah. Buktinya adalah di dalam kitab Al Inayah Bil Qur’anil Karim Bi Makkatil Mukarromah Hilali qornir robi’ Assyarnil Hijril Nabawiyyah karya dokter Muhammad Al Maghrobi disebutkan tentang para Ulama yang pernah Mengajarkan Al Qur’an di Makkatul Mukarromah sampai pada Nabi SAW termasuk disitu ada nama Muhammad Hasyim Asy’ari Al Jombang 1366 H . Dikisahkan juga ketika kegiatan pengajian pesantren sudah selesai di malam hari Beliau Mbah Hasyim Asy’ari memanggil beberapa santrinya untuk menyimakkan Beliau. Mbah Hasyim dulu juga mengajarkan kitab Sirojul Qori’ syarah dari pada matan Syatibiyah.

Ada pun berikut merupakan sanad keilmuan Al Qur’an di Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gus Abid Muaffan:
KH Ainul Yaqin bin Mannan – Kyai Abdul Wachid Malang – Kyai Mujahid – Kyai Dahlan Cholil (Rejoso).
KH Ainul Yaqin bin Mannan – Kyai Yusuf Mahsyar – Kyai Dahlan Cholil (Rejoso) – Sayyid Ahmad Hamid bin Abdur Rozaq at Tiji – Syeikh Sabiq Al Iskandari (Mesir) – Syeikh Cholil bin ‘Amir Al Mutawissi – Syeikh Ali Ibrahim al Ulwi as Samanhudi Al Mishri – Syeikh Sulaiman as Syahdzawi as Syafi’i – Syeihk Mustofa bin Ali bin Umar al Mihi – Syeikh Nuruddin Ali bin Umar al Mihi (juga merupakan guru Syeikh Sulaiman al Zamzuri sammaytuhu bi Tuhfatil Athfali) – Syeikh Ismail Mastin al Mahalli al Marhumi al Azhari Mesir – Syeikh Muhammad Hassan Munayyir as Samanhudi – Syeikh Ali bin Muhsin ae Dimainin al Mishri-Syeikh Muhammad bin Qosim al Baqori al Mishri – Syeikh Abdurrahman bin Syihadah al Yamani al Mishri – Syeikh Syihadah al Yamani al Mishri – Syeikh Nashiruddin Muhammad bin Salim at Thoblaei al Mishri – Syeikhul Islam Zakariya al Anshori al Mishri – Syeikh Abu Naim Ridwan al Mishri – al Imam Abu Khoir Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Yusuf al Jazari ad Dimasyqi – Syeikh Abdurrahman al Baghdadi al Mishri – Muhammad bin Ahmad as Shoigh al Mishri -Syeikh Ali bin Suja’ bin Salim al Hasyimi al Abbasi – al Imam Abu Muhammad al Qosim bin Firru’ as Syatibi (Pengarang kitab Hiraukan Amang as Syatibi atau biasa disebut matan Syatibiyah) – Syeikh Ali bin Muhammad bin Hudzail al Balansi – al Imam Abu Dawud Sulaiman bin Naja’ al Umawi al Andalusi – al Imam Abu Amr ustman bin sa’id an Dhani al Kurthubi – al Imam Abu Hassan Thoghir bin Gholbun al Jalani – al Imam Abu Hassan Ali Muhammad al Hasyimi- al Imam Ahmad bin sahl al Khoiruzzani al Isnani _ al Imam Ubaid bin Shofa an Nahsyaalli al Kufi – al Imam Abu Umar Hafs bin Sulaiman al Mughiroh al Asadi al Kufi – al Imam Abu Bakar Ashim bin Abi Najd al Asadi al Kufi – al Imam Abu Abdurrahman Abdullah bin Habib as Sulami – Ustman bin Affan + Ali bin Abi Thalib + Ubay bin Ka’ab +Zaid bin Tsabit + Abdullah bin Mas’ud – Nabi Muhammad SAW.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top